Judul: Cantik itu Luka
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2015
ISBN: 978 602 03 12583
Jumlah: 494 halaman
Blurb: bisa dibaca pada gambar di bawah ini

Saya tahu saya masih punya tumpukan buku fisik yang belum sempat terbuka segelnya malah (parahh) tapi godaan satu ini berat banget!
Bersiaplah untuk baper baca novel Tere Liye satu ini, klik untuk reviewnya.
Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang Dewi Ayu, bagaimana kisahnya hingga dia bisa menjadi seorang pelacur. Dan sebelum kematiannya dia melahirkan seorang anak perempuan buruk rupa namun dinamakan “Cantik”.
Dari judulnya saja sudah memikat. Apalagi memang saya sudah pernah dengar novel tenar yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing ini. Lihat saja cetak ulangnya sudah berapa kali.

Begitu baca saya baru sadar. Pantaslah novel ini menjadi best seller. Buku ini begitu luar biasa. Penggambaran ceritanya real, tanpa tedeng aling-aling, dengan pilihan diksi yang bukan main. Seumur-umur saya gak pernah nemu novel yang pakai kata-kata demikian.
Novel ini mengingatkan saya pada Memoir of Geisha. Sama-sama menceritakan kisah seorang “wanita bayaran” dan juga sama-sama punya latar belakang perang.
“Gadis-gadis malang. Katanya menolak sesuatu yang tak bisa ditolak adalah hal yang lebih menyakitkan dari apapun.”
Bahwa menjadi seorang perempuan cantik itu bagaikan kutukan. Apalagi di masa penjajahan, zamannya perempuan seolah manusia nomor dua yang seenak jidat diperlakukan seperti barang habis pakai. Ckckck.
Tapi bukan berarti dia yang berprofesi seperti ini bodoh. Justru menurutku, Dewi Ayu adalah sosok yang cerdas. Pemikirannya sungguh luar biasa.
Hanya saja memang nasibnya, hidup di masa seperti itu. Makanya saya heran kalau di zaman yang sudah maju seperti sekarang, sudah emansipasi, persamaan hak sudah diakui undang-undang, tapi masih ada yang memilih kebodohan. Oya, saya juga suka sekali kutipan-kutipan yang saya sadur di sini.
“Tak ada bedanya perang maupun bisnis. Keduanya dikerjakan dengan sangat licik.”
Setelah kisah percintaan yang tidak biasa, kamu juga bisa mendapatkan pelajaran Sejarah dari cerita ini. Dimulai penjajahan Belanda, Jepang, proklamasi kemerdekaan, hingga saat komunis menguasai Indonesia, semua diceritakan di sini. Komplit. Sehingga kamu bisa merasakan nasionalisme dari novel ini.
Kalau tentang masalah hubungan perempuan dan lelaki, saya kira kalau diceritakan hanya nasib perempuan yang malang, tidak juga. Bahkan laki-laki pun sama malangnya. Apalagi beberapa diceritakan bertepuk sebelah tangan, berpisah dengan kekasihnya karena keadaan, sampai yang paling parah lelaki yang tak mampu menahan berahi. Seolah hidup hanya seputar isi “kepala bawah”.
“Aku menyukai laki-laki tapi aku lebih suka melihat mereka menangis karena cinta.”
Oya, hati-hati baca novel ini karena alurnya yang maju mundur. Selain itu beberapa tokoh diceritakan latar belakangnya secara mendalam, tak hanya tokoh utamanya saja. Jadi, awas ketuker. Kamu perlu konsentrasi penuh dan baca per kata supaya paham.

Kesimpulannya, jangan baca novel ini kalau kamu termasuk salah seorang sebagai berikut:
- Punya trauma terpendam sehubungan dengan pelecehan seksual. Ada banyak adegan yang akan membangkitkan trauma terdalammu itu. So, mendingan ga usah kepo dengan novel ini kalau kamu punya trauma.
- Di bawah 21+ atau manusia tidak bijak saya sarankan jangan baca novel ini. Bahasanya di buku ini ampun dah. Kadang bikin geli. Kadang buat ngerutin kening. Banyak sekali hal yang berada di luar nalar. Kalau kamu tipikal manusia berlibido tinggi, tak punya penyaluran dan sama sekali tak bijak, segera jauhi novel ini. Termasuk kaum feminis yang tak bisa berpikir jernih, takutnya nanti demo minta bakar buku ini karena dianggap merendahkan perempuan.
- Penggemar drakor yang dalam bayangannya semua cowok termasuk badboy itu punya sisi baik. Bahwa cowok antagonis sekalipun bisa luluh saat melihat air mata perempuan. Hapus bayanganmu itu sebelum baca novel ini karena para lelaki yang diceritakan di sini sama sekali berbeda dengan bayanganmu.
- Orang yang aslinya lebih suka nonton, gak suka baca tapi kepo dan ternyata kesulitan dalam mencerna paragraf-paragraf panjang. Novel ini memiliki ketebalan 494 halaman dengan alur maju mundur cantik dan perpindahan sudut pandang. Apalagi buat kamu yang bukan penikmat sastra. Kamu bakal kesulitan mencerna cerita ini boro-boro bisa mengambil hikmah dari buku ini. Dan bagi kamu yang tak tahan melihat gadget terlalu lama jangan coba-coba pinjam melalui Ipusnas seperti yang saya lakukan.
- Manusia yang merasa suci, saleh dan salehah yang merasa buku seperti ini haram dibaca, lebih baik jauhi dari awal.
Baca novel ini saja jika ingin mendapatkan hidayah melalui penuturan ringan
Last but not least, ada satu pertanyaan mengganjal di hati saya waktu membaca novel ini yaitu: “bagaimana Dewi Ayu menjalani masa kedatangan tamu bulanan di masa ini? Apakah tetap melayani pelanggan atau gimana? Soalnya tak pernah diceritakan dalam buku ini.”

“Ia sebenarnya waras bukan main. Yang gila adalah dunia yang dihadapinya.”
Kalau diterjemahkan beuty is pain ya. Hmm, kayanya seru tapi aku lebih menyukai buku non-fiksi.
Baca ini kayak baca non fiksi malah mbak. Apalagi pas bagian sejarahnya
Eka Kurniawan selalu menuliskan cerita yang istimewa, pantas saja banyak penghargaan yang didapatkan.
Pertanyaan yang sama dengan mbak Emmy, tapi bisa jadi enggak dikupas karena penulisnya laki-laki jadi enggak mengalami
Hihihi, iya Mbak. Sudah baca ya?
Aku jarang baca novel. Kayaknya novelnya seruยฒ sedap nih…
Hahaha, banget Mbak. Kalau gak suka baca mendingan gak usah baca ini
Wah, jadi belajar tentang review buku nih. Tdk sekedar resensi yang singkat. Thanks
Yup. Kalo singkat mah di IG. Masa di blog singkat ๐
Aku udah beberapa kali pegang tapi gak beli. Merasa butuh persoan mental aja, hehe
Maksudku persiapan mental hehe
Iya bener mbak. Perlu persiapan mental
Tere liye memang bahasanya tingkat tinggi. Tapi indah kalau dipahami. Syukaaa ๐
Eh ini eka kurniawan ya.. galfok deh. Sebagai penyuka tere liye. Jadi rekomendasi mb ๐
Hehe iya Mbak. Karya Eka Kurniawan. Rada mbeling bahasanya.
Dari penuturan di atas saya tidak yakin mau membaca buku itu. Bukan apa-apa, saya punya anak gadis dan sering banget baca novel-novel saya. Kalau ada adegan dewasanya gimana? Oh atau saya yang kurang ngeh?
Hehe. Bener banget. Ada banyak adegan dewasa
Mba Emmy…aku suka bagian terakhirnya. Kayaknya sih aku g termasuk dari kelimanya, jadi boleh baca dong? ๐
Coba saja mbak langsung baca ๐
Hehe..iya. semoga pas ke toko buku, ingat buat nyari buku ini ๐
Kalau sy baca di ipusnas mbak ๐
Oia ya, musti download app itu. Pernah baca tulisan mba Tatiek ttg Ipusnas tapi belum dieksekusi. Bermanfaat kah mba Emmy app tsb?
Ibarat kita butuh bacaan free, praktis lewat hp, ya Ipusnas mbak. Tidak bermanfaat kalau mbaknya gak hobi baca. Kalau suka baca insya Alloh suka aplikasinya ๐
Ok, aku coba ya mba Emmy. Tks masukannya ๐
Sama2
Wah-wah pas baca kesimpulannya. Aku jadi mikir adakah aku termasuk orang yang sebaiknya ga baca novel itu? Mba aku kan orangnya parnoan ya. Mending baca jangan ya hahahha
Haha, coba aja kalau berani ๐
Wah, 400 halaman lebih, ya. Kalo saya harus pelan-pelan nih ngunyahnya. Maklum mata uda lemot loadingnya, hihi. Selalu suka reviewnya mb Emmy herlina, keren.
Haha, saya juga nyicil kok. Apalagi baca dari ipusnas
Hem, kayaknya baca buku ini harus konsentrasi penuh ya, saya suka baper kalo baca novel yang agak pilu, hiks โฆ
Nah, ini memilukan sekali mbaak
Wahaha saya pecinta drakor tapi saya ga pernah kok ngayal tentang oppa-oppa yang ganteng itu.. suami saya tetep mengalahkan oppa-oppa hehe tapi jujur saja kalo baca novel termasuk yang jarang lebih suka baca review dan mendengarkan hehe
Bukan tentang fisik maksudku mbak, karakternya. Lebih mendekati real. Kalau di drakor kan kebanyakan khayalan
Jadi mupeng pengen baca & penasaraaan…
Coba saja kalau berani ๐
Wah tertarik melipir ke Ipusnas ๐
Silakan. ๐
MasyaAllah bukunya bikin merinding. Kalau menganggap sesatu itu tabu, jadi sulit untuk menikmati novel ini ya mbak. Tapi jika memang bisa melewati penerbit mayor dan berkali-kali bukankah itu berarti telah lulus sensor ya?
Mohon krisannya mbak Emmy, saya belum paham mengenai ini. Terimakasih๐
Kebijakan penerbit kan beda2 Mbak. Kalau penerbit yang biasa nerbitin buku Islami jelas buku ini gakkan lulus sensor ๐
Sedih ya baca review ini. Buruk rupa tapi namanya cantik? Aduh, pasti tokohnya gimana gitu ya. Penasaran dengan isi novelnya
Iya Mbak, unik memang
penasaran dengan isi buku ini, luka dengan nama cantik atau kisah hidup si tokoh dalam.novel
Kisah masing2 tokoh dijabarkan mbak
Ini pengarang buku yang sama dengan jangan panggil aku monyet itu bikan sih? Hehe.. Yang itu dulu aku pernah baca.. Bahasanya memang sedikit vulgar.. Tapi ceritanya tetap lugas.
Oo, aku belum baca yg itu. Yg ini juga rada vulgar mbak ๐
Mba ini buku kok bikin aku penasaranya, eh btw ini buku ebook ya mba.
Aku minjam di Ipusnas ini, jadi bentuk e-book ๐
Sepertinya aku kudu baca nih bukunya. Menarik
Sip sip